Jumilah

Saya melihat tumpukan baju kotor saya dan istri di keranjang. Saya berpaling pada Jumilah, pambantu saya yang baru.
“Kamu yakin mau mencucinya?” tanya saya.
“Iya, Pak.”
“Silakan.”
Jumilah mengangkat keranjang baju kotor itu.
“Maaf, Jum,” tukas saya merasa tak enak. “Kalau kaos saya nggak perlu disikat kencang, nanti gambarnya.”
“Saya ndak bakal nyikat baju dan kaos bapak,” ucap Jumilah.
Saya melihat Jumilah dengan bingung. “Sikat saja, tapi pelan-pelan.”
“Ndak perlu, Pak!”
“Kenapa? Kalau nggak disikat nanti nggak bersih!” saya mengingatkan hak saya di rumah itu sebagai atasan.
“Ya, ndak perlu disikat, Pak,” jawab Jumilah, “bapak kan punya mesin cuci!”
Saya terdiam menutupi kebodohan saya. 

Comments

Popular posts from this blog

THE COFFEE BEAN SHOW (Trans TV - 2008)

Cara Mudah Membangun Struktur Skenario Bernilai Jual

CAMERA CAFE (Metro TV - 2008)