RONIN PEMAIN VIOLIN

Cerpen: Sokat
Ronin adalah pemain violin. Sejak kecil ayahnya mengajari Ronin bermain violin. Kini ayah dan ibunya sudah tiada, tapi Ronin tak jemu menggesek violin. Baginya, bermain violin dapat mengusir sedih dan sepi.
Tapi, tidak semua orang senang mendengar suara violin. Saat Ronin datang ke kota Brolin, dia dilarang memainkan Violin. Orang-orang di kota Brolin sangat tak suka dengan musik.
“Apakah musik dari violinku ini akan begitu mengganggu kalian?” tanya Ronin saat dilarang memainkan violinnya oleh Walikota Brolin.
“Tentu saja, karena kami tak terbiasa dengan suara musik,” tandas sang Walikota yang bermuka kaku dan serius.
“Kenapa kalian tak suka pada musik?” tanya Ronin lagi.
“Karena musik hanya akan mengganggu pekerjaan kami.”
“Apakah dengan begitu aku tak boleh tinggal di sini?” lanjut Ronin.
“Kau boleh tinggal di kota ini, tapi jangan kau mainkan violinmu.”
Ronin setuju dan dia pun tinggal di kota sepi Brolin. Penduduk kota Brolin memang para pekerja keras. Mereka bahkan sanggup bekerja sampai larut malam. Kehidupan mereka tak lepas dari kerja. Hidup mereka selalu serius dan tak ceria.
Ronin sebenarnya tak senang dengan kehidupan yang tanpa musik. Namun, dia tak ingin meninggalkan kota Brolin. Dia berharap penduduk kota Brolin akan berubah sikapnya.
Di kota Brolin, Ronin tinggal di sebuah gubuk kecil dekat kandang kuda. Tempat itu milik sepasang suami istri yang sudah tua. Ronin bekerja pada suami-istri itu untuk mengurus kuda milik mereka.
Tiap malam, Ronin duduk sendiri di depan gubuknya sambil memandangi bulan. Dia ingin sekali memainkan violinnya untuk menikmati malam. Tetapi, Ronin tak ingin membuat penduduk kota Brolin menjadi marah.
Ronin pun menyimpan keinginannya di dalam hati. Tak dapat dipungkiri, keinginan itu makin kuat setiap hari berganti. Setiap malamnya, Ronin bermimpi memainkan violinnya di hadapan penduduk kota Brolin.
Begitu kuat mimpi itu, hingga dalam keadaan tertidur Ronin bangkit dari tempat tidurnya dan meraih violin miliknya. Dia menggesek violinnya dengan pelan dan menawan.
Suara violin yang dimainkan Ronin, terbawa hembusan angin. Masuk ke rumah-rumah penduduk kota Brolin. Orang-orang yang mendengar menjadi gempar. Walikota pun memanggil Ronin.
“Aku tak memainkan violinku semalam,” kata Ronin membela diri.
“Tapi, semua orang mendengar suara violinmu,” kilah sang Walikota. “Apa ada orang lain yang memiliki violin selain kau?”
“Entahlah, yang pasti semalam aku hanya memainkan violinku di dalam mimpi,” tandas Ronin.
“Baiklah, kau kubebaskan sekarang, namun aku akan mengusirmu kalau memang benar kau terlihat memainkan violinmu,” kata Walikota.
Ronin pulang ke rumah peternakan kuda tempatnya tinggal. Dia bingung atas tuduhan sang Walikota. Bila dia tak memainkan violin, jadi siapa orang yang memainkan violin semalam? Pikirnya.
Sebenarnya, bukan hanya Ronin yang memikirkan tentang suara violin yang terdengar malam itu. Orang-orang yang mendengarnya juga ikut memikirkan.
“Kalau itu benar suara violinnya Ronin sungguh indah suaranya,” kata seorang lelaki.
“Benar, alunan suaranya bisa mengurangi ketegangan kita dalam bekerja,” sambung temannya.
“Apakah dia akan memainkan violinnya lagi nanti malam?” tanya lelaki yang satu.
“Bagaimana kalau kita ke tempatnya saja, biar kita bisa melihatnya langsung?” balas temannya yang langsung disetujui.
Begitu malam tiba, kedua lelaki itu pun menuju kediaman Ronin. Mereka pun terkejut melihat banyak orang di depan gubuk Ronin. Ronin sendiri heran melihat banyak orang.
“Sedang apa kalian?” tanya Ronin begitu dia keluar dari gubuknya.
“Aku  dan yang lain ingin mendengarkan suara violinmu,” jawab satu lelaki.
Ronin menjadi bingung. “Tapi, bukankah kalian tak suka musik?”
“Itu sebelum kami mendengar suara violinmu,” kata si lelaki. “Ayolah mainkan lagi violinmu.”
Semua orang yang ada menjadi ikut-ikutan memaksa Ronin untuk memainkan violinnya. Dengan penuh keheranan, Ronin mengambil violinnya.
Ronin berdiri di depan orang-orang sambil memainkan violinnya dengan lembut. Semua orang yang mendengar alunan suara violin Ronin terhanyut. Perasaan mereka menjadi lebih tenang.
Ronin jadi tambah semangat memainkannya sambil menghentak-hentakkan kakinya. Satu per satu orang-orang yang ada mengikuti gerakan Ronin. Akhirnya, mereka pun menari sesuka hati. Semua merasa senang.
Sejak malam itu, Ronin selalu menghibur penduduk kota Brolin dengan permainan violinnya. Semua orang  bekerja dengan gembira. Wajah-wajah mereka pun menjadi ceria. Impian Ronin menjadi nyata.
Atas permintaan warga, Walikota segera mencabut larangan bermain musik di kota Brolin. Ronin diangkat pula menjadi warga kehormatan kota Brolin. Dengan senang hati, Ronin bermain violin untuk kota Brolin.
*****
(Pemenang lomba dongeng ultah Bobo ke-33 tahun 2006 - Sokat Rachman)




Comments

Popular posts from this blog

THE COFFEE BEAN SHOW (Trans TV - 2008)

Cara Mudah Membangun Struktur Skenario Bernilai Jual

CAMERA CAFE (Metro TV - 2008)