Sokat Writes Stories

     "Ini rumahnya!" seru Remon pada Salim dan Doni.      "Tiara tinggal di sini? Bagus banget rumahnya!" ucap Doni kagum melihat rumah anak baru di kelas mereka itu.      "Kita siap-siap, hitungan ketiga mulai, ya?" perinta Salim. Remon dan Doni menggangguk. Remon menyiapkan gitar kecil yang akan dimainkannya. Doni juga sudah ambil ancang-ancang memainkan tambourine.

     Sabtu, 26 Februari 2011.  Langit Jakarta cepat sekali berubah. Waktu berangkat dari rumah menuju Istora Senayan, cerah. Namun, saat jalan menuju pintu masuk Istora, hujan turun.       Bergegas saya masuk dan menemui teman yang sudah siap di ruang Kenanga 1. Tempat yang akan digunakan untuk acara Talkshow Menulis Buku Anak dengan Hati yang akan berlangsung pk. 13.00 - 15.00 WIB. Lima belas menit lagi dari waktu kedatangan saya. bersama penulis beken

Kemarin, Jumat, 25 Februari 2011, saya mengunjungi dua sahabat. Dua sahabat yang meski bertempat tinggal jauh dari kediaman saya . Namun, selalu dekat dalam ikatan emosi. Dua sahabat itu adalah Taufan E. Prast dan Iwan Setiawan.

            Namanya Murni Jamilah. Tapi dia sering dipanggil Mimi. Tinggal di kampung Lio. Punya wajah bersih, hidung mancung, dan berbulu mata lentik. Rambutnya--ini menurutnya, karena tidak semua orang pernah melihatnya lantaran selalu terlindung jilbab panjang--hitam sebahu. Sikapnya ramah, penuh senyum dan suka menolong. Jangankan teman sendiri, orang yang tidak dikenal pun, bila dilihatnya tengah kesusahan, akan segera ditolongnya.

Cerpen: Sokat Ronin adalah pemain violin. Sejak kecil ayahnya mengajari Ronin bermain violin. Kini ayah dan ibunya sudah tiada, tapi Ronin tak jemu menggesek violin. Baginya, bermain violin dapat mengusir sedih dan sepi. Tapi, tidak semua orang senang mendengar suara violin. Saat Ronin datang ke kota Brolin, dia dilarang memainkan Violin. Orang-orang di kota Brolin sangat tak suka dengan musik.

Saya melihat tumpukan baju kotor saya dan istri di keranjang. Saya berpaling pada Jumilah, pambantu saya yang baru. “Kamu yakin mau mencucinya?” tanya saya. “Iya, Pak.” “Silakan.”

Cerpen: Sokat            Pos ronda di ujung gang itu belum sepi, meski jam di dinding pos sudah menunjuk ke pukul sebelas lewat lima belas. Aceng dan Sarwani duduk berhadapan pada bale lebar di dalam pos ronda menghadapi papan catur. Mereka saling diam dengan mata yang tak lepas dari buah catur di papannya. Sementara Tejo duduk di bangku kayu di samping pos ronda yang berdampingan dengan kali kecil berair keruh. Dia asyik bernyanyi diiringi petikan gitar di tangannya.

Cerpen: Sokat           Sudah lewat tiga bulan Rojali mendapat ijazah, tapi belum juga dapat kerja. Puluhan surat lamaran ditebar tidak juga mendapat kabar. Rojali jadi pusing. Senyum sumringah di foto wisudanya, tak lagi menghiasi bibirnya.

Cerpen: Sokat            Lima menit yang lalu, suami saya menelepon. Katanya, siang ini dia akan membawa seorang rekan kerjanya ke rumah, untuk diajaknya makan siang di sini. Ini adalah kali kedua dia melakukan hal tersebut. Sebelumnya, seminggu ke belakang dia pun berbuat serupa. Katanya, itu adalah satu bentuk perkenalan. Kebetulan suami saya masih baru di kantornya, jadi dia merasa perlu mengakrabkan diri pada lingkungan kerjanya. Sarana yang pas baginya, ya lewat makan siang. Apalagi rumah kami tidaklah begitu jauh dari kantornya. Hanya sepeminuman teh jaraknya.

Pak Kendar berdiri di depan Domi, Evan, dan Agil di pinggir lintasan lari stadion madya. Pak Kendar : Ini lomba lari seratus metar, Bapak ingin sekolah kita menang!  Domi : Saya akan lari secepatnya.  Evan / Agil : Ya, kita harus menang! Kemudian, Pak Kendar, Domi, Evan, dan Agil tos sebelum berlomba. 

" Si Remon belum datang?" keluh Salim menghampiri teman-temannya di pinggir lapangan sepakbola. "Dia kan  ngambil  kaos bola kita di toko pamannya," ucap Doni. "Tapi, udah mau mulai nih," gerutu Salim. "Lihat tuh anak-anak Garuda Perak udah siap." Doni dan anak lainnya melihat ke arah kesebelasan Garuda Perak yang memakai kaos seragam merah dan celana hitam.

"Jadi semua sudah mengerti?" tanya Bu Thea, guru matematika, pada seisi kelas. "Sudah!" seisi kelas berteriak nyaring. "Belum!" Remon mengangkat tangan dan menjawab tak kalah keras. Bu Thea melihat pada Remon dengan heran. Lalu, melangkah mendekati bangku Remon. "Kamu belum mengerti pelajaran tadi?" tanya Bu Thea. "Belum, Bu," jawab Remon.

SUDAH BIASA adalah sebuah komedi situasi yang berpusat di satu daerah perumahan dengan warung "SUDAH BIASA" sebagai area publik. Berkisah tentang persoalan antar karakter dalam kesehariannya.

DEMI MASA adalah sebuah sketsa komedi yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari dengan segala hiruk-pikuk permasalahan. Semua permasalahan yang ada akan diselesaikan secara agama dalam bentuk tausyiah yang disampaikan tokoh utama serial ini, yaitu Ustadz Othman Shihab. Set utama sketsa berada di lokasi pasar tradisional dimana Ustadz Othman berdagang. Cerita keseharian pedagang yang penuh warna bercampur dengan cerita dari perkampungan di luar pasar dimana tempat Ustadz Othman tinggal. Demi Masa ditayangkan beberapa saat sebelum azan Maghrib pada bulan Ramadhan 1431 H.

Setelah mendapat warisan dari pamannya, kehidupan Abdel jadi berubah. Dia tak lagi susah. Malah hidupnya cenderung mewah. Temon dan Udin jelas senang dan berharap kecipratan rejeki Abdel. Tapi Abdel tak berpikir untuk memberikan apa pun pada mereka. Temon protes sebab merasa pernah senasib sepenanggungan dengan Abdel. Udin juga begitu meski tak tinggal serumah asalnya. Abdel tak tega. Dia mengajak keduanya untuk tinggal di rumah besar milik pamannya yang sudah tiada dan kini ditempatinya. Namun, mereka tak bisa seenaknya tinggal, sebab status Temon dan Udin kini bekerja untuk Abdel. Temon sebagai sopir dan Udin bertanggung jawab pada segala hal di rumah. Bukan Abdel Temon Biasa adalah sebuah komedi situasi yang berkisah tentang kehidupan Abdel, Temon, dan Udin dalam hubungannya sebagai majikan dan pembantu. ditayangkan di Global TV Senin - Jum'at tiap Pk. 12.00 WIB.

KOMI adalah seorang anak berusia 10 tahun yang tinggal di sebuah perkampungan bersama orang tuanya. Komi sangat senang membaca komik. Dia menjadi pelanggan tetap kios buku milik Pak Tua yang ada di dekatnya. Di kios itu Komi memuaskan kebiasaannya dalam membaca.  Bersama 4 temannya secara tak sengaja menemukan sebuah lobang di batang pohon beringin yang ada dekat kios buku. Lobang yang tersembunyi itu membawa mereka pada alam fantasi. Dari lobang itu pula Komi dan teman-temannya mengetahui jawaban dari persoalan seputar pengetahuan umum yang mereka dapati. KOMI KUBUKA KUBUKU adalah drama komedi anak-anak yang mengambil tema pengetahuan dalam setiap episodenya.

KEJAR TAYANG adalah komedi situasi di seputar rumah produksi. Hubungan atasan dan bawahan. Teman sejawat yang saling suka dan cemburu mewarnai setiap episodenya.

LAJANG adalah sebuah komedi situasi yang menceritakan kehidupan sebuah grup band. Personil band itu adalah Indra (Tora Sudiro) yang memegang gitar, Iwang (Eza Yayang) penggebuk drum, dan Lea (Fairus Faisal) sebagai vokalis. Sebagai manajer band ditunjuklah Tito (Ferry Ardiansyah), teman Indra semasa kuliah yang kini bekerja di sebuah perusahaan.

CAGUR NAIK BAJAJ merupakan komedi situasi dimana mempertemukan dua grup lawak, Cagur (Narji, Wendy, dan Deni) dan Bajaj (Melky, Aden, dan Isa). Narji, Wendy, dan Deni adalah mahasiswa perguruan tinggi. Sedang Aden, Melky, dan Isa adalah pengemudi bajaj yang mangkal dekat kampus. Kisah kehidupan mahasiswa yang penuh dengan cita dan cinta berbaur dengan kehidupan sopir bajaj. Semuanya dikemas dalam komedi yang ringan. Cagur Naik Bajaj ditayangkan di Anteve.

CAMERA CAFE adalah sebuah sketsa komedi dengan set utama di depan mesin kopi. di sebuah kantor. Camera Cafe pertama tayang di Perancis. Lalu, seiring dengan kesuksesannya, menyebar ke negara lain. Di Indonesia, Metro TV-sebagai tv yang sarat dengan tayangan berita, membuat gebrakan dengan membeli license tayang Camera Cafe. Di Metro TV, Camera Cafe diproduksi dengan cerita sesuai karakter di Indonesia dan ditayangkan tiap hari per sketsa sesaat sebelum Headline News  Pk. 21.00 WIB. Namun, setiap Sabtu malam ditayangkan sketsa lengkap dalam satu episode.

THE COFFEE BEAN SHOW awalnya digagas untuk mengenalkan gerai kopi tersebut melalui tv. Kemudian atas kesepakatan dibuatlah dalam bentuk komedi situasi dengan gerai Coffee Bean sebagai set utama. Meski begitu, cerita yang dibuat per episodenya adalah kisah kehidupan sehari-hari. Sebab gerai kopi yang dimaksud adalah yang berada di stasiun tv Transtv, maka kisah nya berputar di antara artis, tokoh tv, maupun figuran yang punya kepentingan datang ke Trans tv. Tak terkecuali pengusaha yang memang selalu datang untuk satu janji ke tempat itu. Pada masa awal penayangan, TCBS berbentuk sketsa. Tetapi, selanjutnya menjadi satu cerita per episodenya.  TCBS ditayangnya weekly di Transtv.

Gina menyimpan dendam karena ayahnya, seorang polisi tewas di tangan penjahat ketika sedang melaksanakan tugas. Sepulangnya dari sekolah militer di Amerika, Gina membentuk pasukan underground untuk menumpas kejahatan. Dia merekrut para penjahat kelas teri yang ditangkapnya dan kemudian diberikan pilihan dieksekusi atau bergabung dalam pasukan yang akan dibentuknya. Mereka adalah Gempal, Gundul, Ganda dan Gepeng.

Cerita pendek anak adalah salah satu genre dari jenis cerita fiksi yang ada. Cerpen anak mempunyai segmen pembaca utama adalah anak-anak. Cerita yang dibuat sebisa mungkin dapat dengan mudah dicerna oleh daya pikir anak-anak. Struktur ceritanya meliputi adanya tema, konflik, perjuangan tokoh, dan penyelesaian.

Definisi Skenario adalah naskah yang menjadi bahan acuan produksi film, dengan paparan literal (apa adanya) yang mengacu pada formulasi filmis yang menyugesti sutradara, kru, dan artis sehingga memperoleh gambaran serta penafsiran untuk diwujudkan secara kreatif.