Posts

Showing posts from August, 2014

Ulang Tahun [part 2 - tamat]

Image
Cerpen: Sokat Rachman Kita mengartikan perjuangan mereka dengan bentuk kesenangan, bukan pada penerusan cita-citanya: menjadikan bangsa ini benar-benar merdeka dan mampu berdiri tegak di hadapan bangsa lain. Saudara-saudara bisa lihat betapa sulitnya bangsa kita untuk bisa mencapai kemandirian. Kita ambil contoh saja soal pangan. Semua tahu negeri kita ini bertanah subur, tapi kenapa masih mesti impor beras dari negara lain, negara yang baru merdeka dan belajar dari kita tentang pertanian pula. Lucu, kan? Petani kita malah keteteran menghadapi pasokan bahan pangan dari luar yang beredar di pasaran itu. Harga komoditi yang mereka hasilkan jauh dari harapan untuk dapat hidup lebih. Sedang teknologi yang dipakai tidak pernah berkembang, susah untuk bersaing jadinya

Ulang Tahun [part 1]

Image
Cerpen : Sokat Rachman “Assalamu’alaikum….” ucap Pak RT memulai pembicaraan dengan beberapa orang warganya yang berkumpul di bawah pohon mangga di halaman rumahnya. “Sebelumnya saya mohon maaf, jika pada malam ini saya mengumpulkan saudara-saudara dengan agak mendadak. Mungkin ada sebagian yang bertanya-tanya mengenai hal ini. Karena tidak seperti biasanya saya memanggil saudara-saudara tanpa surat edaran. Tetapi, hal itu tak perlu dipersoalkan. Saya di sini cuma ingin membicarakan sesuatu pada saudara semua. Tak ada salahnya toh, bila kita saling bertukar pikir. Lagipula kita ini adalah satu keluarga. Keluarga besar RT ini. Ya tidak?

Mawar Berduri [part3 - Tamat]

Image
Namun, Bobby tetap semangat. Kegagalan kemarin adalah kesuksesan di hari ini. Begitu pedoman hidupnya. Maka, dia mencari cara. Berpikir. Hingga menemukan ide cemerlang untuk dijalaninya demi bertemu kembali dengan Mawar. Maka, dia menemui Romli di kios bunganya di bawah stasiun kereta Cikini. “Mau kondangan kemana?” tanya Romli heran melihat penampilan Bobby dengan baju kotak-kotak warna biru dan dimasukkan ke celana kain warna coklat tua. Serta sneaker warna hijau dan rambut rapi lengket disisir ke samping. “Bukan kondangan, mau kencan!” sahut Bobby semangat.

Mawar Berduri [part2]

Image
“Dia juga suka kamu?” “Kayaknya.” “Kok kayaknya?” “Aku belom tanya dia.” “Hahahaha….” Romli terbahak. “Itu namanya bagai punguk merindukan bulan!” Bobby diam. Romli melihat Bobby yang terdiam jadi ikut diam lagi. Tawanya hilang. Dia menatap Bobby. “Kamu tau kan artinya bagai punguk merindukan bulan?” tanya Romli ragu. “Itu peribahasa Indonesia.” “Tau!” Romli tertawa lagi.

Mawar Berduri [part1]

Image
Oleh : Sokat Rachman “Aku nggak percaya!” seru Romli mencibirkan bibirnya. Bobby menatap Romli. Sementara Romli tak peduli, dia menusukkan garpu kecil plastik pada roti bakar bertabur keju serut dari piring kecil di meja dan memasukkannya ke mulut. Jalan simpang Raden Saleh di belakang mereka sudah sepi menjelang tengah malam itu. “Tapi itu emang nyata!” tukas Bobby sambil menggeser duduknya ke pinggir dan melipat kakinya naik ke bangku kayu. Romli menoleh pada Bobby dengan pandangan meremehkan. Dia tak segera menanggapi ucapan Bobby. Tangannya malah menjemput gelas kopi hitam yang masih mengepulkan asap di meja dan menyeruputnya. “Aaaaaah,” desisnya menikmati kopi panas yang menyelusup ke liang tenggorokannya.