Tak Pernah Ingkar Janji
![]() |
“Kamu sudah bohong padaku, Eron!” ucap Alvin dengan nada
kecewa.
Eron diam, dia tahu kalau Alvin akan mengatakan itu. Kemarin Alvin
ulang tahun dan Eron tak bisa datang.
“Maafkan aku,” ucap Eron, “kemarin aku harus ke tempat ibuku
yang sedang sakit.”
“Dan kau lupa pada janjimu?” lanjut Alvin dengan kesal.
“Aku tidak lupa,” lanjut Eron, “tapi aku memang tak bisa
datang ke tempatmu.”
“Kau hanya alasan saja!”
Eron diam. Dia tahu Alvin kesal padanya.
“Sudah kuduga, janjimu tak bisa kau tepati!” ucap Alvin yang
langsung pergi meninggalkan Eron.
“Alvin!” seru Eron.
Eron melihat Alvin tak memedulikan panggilannya. Alvin terbang
cepat sampai hampir saja menabrak batang pohon. Eron cemas melihat Alvin yang
terbang sendiri sampai hilang di balik rimbun pepohonan hutan. Hatinya menjadi
gelisah mengingat perkataan Alvin, janjimu tak bisa kau tepati!
Aku bukan pembohong! Cetus Eron dalam hati. Aku harus menepati janjiku pada Alvin.
Eron baru saja ingin pergi, tapi tak jadi sebab Karin, seekor
Robin, melayang datang mendekatinya. Burung kecil yang lincah itu hinggap di ranting
dekat Eron.
“Kamu mau pergi?” tanya Karin.
“Ya,” ucap Eron.
“Maukah kau menolongku sebentar sebelum pergi?” tanya Karin.
Karin tersenyum dan terbang lagi dengan diikuti oleh Eron.
Sambil melayang mengikuti arah Karin, Eron masih teringat perkataan Alvin, janjimu
tak bisa kau tepati!
“Eron!” seru Karin yang melihat Eron terbang salah arah.
Eron membelokkan arah terbangnya dan hinggap dekat Karin.
“Maaf, aku tak memperhatikanmu,” katanya.
“Kamu memikirkan sesuatu?” tanya Karin merasakan kegelisahan Eron.
“Aku punya janji pada Alvin yang belum kupenuhi,” katanya
kemudian.
Karin ikut terdiam sambil memperhatikan Eron.
“Apa penting buatmu untuk memenuhi janji itu?” tanya karin
lagi.
“Ya.”
“Kalau begitu penuhilah janjimu,” tukas Karin.
Eron menatap Karin dengan bingung.
“Bagaimana dengan kau? Bukankah tadi kau butuh bantuanku?”
Karin tersenyum.
“Tadinya, aku butuh bantuanmu untuk membangun sarangku yang
baru,” tukas Karin. “Tapi, sekarang aku akan menunggumu setelah selesai dengan Alvin.”
Eron tersenyum.
“Pergilah,” ucap Karin.
Eron mengangguk dan mengepakkan sayapnya terbang meninggalkan
Karin. Eron menuju pasar Kota Burung. Eron hinggap di sebuah toko kacamata. Dia
memang pernah janji pada Alvin untuk membelikan kacamata yang diinginkannya.
“Kacamata itu sudah tak ada,” tukas Owlis, si burung hantu
yang sudah tua. “Kalau mau, kau bisa mencarinya di pabrik kacamata itu.”
Eron diam memikirkan perkataan Owlis. “Kau mau menunjukkan
alamatnya?”
Owlis mengangguk. Lalu, Eron terbang menuju pabrik kacamata.
Dia harus melewati sungai yang besar dan padang rumput yang luas untuk sampai
di sana menjelang sore.
“Kami sudah tidak membuat kacamata seperti itu lagi,” tukas Harmes,
si bangau putih, pemilik pabrik kacamata itu.
Eron kecewa tak bisa mendapatkan kacamata yang diinginkan
Alvin. Harmes memperhatikan Eron.
“Sebenarnya anakku punya kacamata itu,” tukas Harmes, “dia
memiliki seri pertamanya.”
Eron berpaling pada Harmes dengan antusias.
“Boleh kutemui anakmu?” tanya Eron, “kalau dia sudah bosan
memakai, aku akan membelinya!”
“Anakku sudah tiada,” ucap Harmes pelan.
Eron terkejut. “Maafkan aku.”
Harmes tersenyum.
“Aku akan memberikan kacamata itu padamu,” kata Harmes. “Namun,
aku butuh bantuanmu.”
“Katakan apa yang harus kulakukan?”
“Aku ingin kau membawakan obat untuk istriku yang kini ada di
rumah orangtuanya di pinggir kota,” tukas Harmes.
“Kenapa bukan kau yang ke sana?”
“Aku sudah tak kuat terbang cepat,” ungkap Hermes. “Kalau aku
yang membawanya, pasti akan terlambat sampai di sana.”
Demi kacamata yang diinginkan Alvin, Eron setuju membantu
Harmes walaupun jarak tempat akan dituju sangat jauh.
“Terima kasih atas bantuanmu,” ucap Hermes.
“Aku yang seharusnya mengatakan itu padamu,” balas Eron.
“Ini kacamatanya,” lanjut Hermes, “semoga berguna untukmu.”
Eron tersenyum senang. Kemudian, dia terbang menuju tempat
istri Hermes untuk menyerahkan obat padanya. Perjalanan yang panjang dan
melelahkan membuat Eron baru tiba di sarang Alvin keesokan paginya.
“Mau apa kau kemari?” tanya Alvin sebal melihat Eron ada di
sarangnya.
“Aku hanya akan memberimu ini,” Eron memperlihatkan kacamata
pada Alvin.
Alvin terlihat kaget. “Kau tidak sedang mempermainkan aku?”
“Aku serius!” tandas Eron. “Ambillah!”
Alvin menerima kacamata itu dan memakainya.
“Aku bisa melihat jelas sekarang!” seru Alvin gembira.
“Maafkan aku kalau terlambat memberikan itu padamu,” ucap
Eron.
“Aku yang harus minta maaf sebab sudah marah-marah padamu,”
tukas Alvin malu.
“Aku sudah melupakannya,” balas Eron, “yang penting kau tahu,
aku tak pernah ingkar janji!”
Alvin tersenyum mengangguk. Eron membalas senyumannya sebelum
terbang meninggalkan Alvin. Dia senang sudah bisa menepati janjinya. [sr]
Menepati janji salah satu karakter yang harus ditanamkan pada anak.
ReplyDeleteJannji adalah kehormatan, menjaganya sekuat yang bisa diusahakan.
sukses!